Pengertian Rangkaian Logika Kombinasional
Logika kombinasi merupakan rangkaian logika yang outputnya hanya tergantung pada kombinasi input-inputnya saja, dan tidak tergantung pada keadaan output sebelumnya. Karena kondisi tersebut, logika kombinasi disebut juga rangkaian logika yang outputnya tidak tergantung pada waktu.
Rangkaian kombinasional merupakan rangkaian yang kondisi keluarannya (output) dipengaruhi oleh kondisi masukan (input). Rangkaian kombinasional didefinisikan sebagai tipe rangkaian logika yang diimplementasikan menggunakan persamaaan Boolean.
Pada gambar diatas diperlihatkan output rangkaian logika kombinasi merupakan fungsi langsung dari input-inputnya. Output Y0 merupakan fungsi dari input I0 dan I1, dalam hal ini Y0 hanya dipengaruhi oleh kombinasi dari I0 dan I1 saja. Demikian pula dengan output-output yang lain.
Rangkaian kombinasional adalah rangkaian yang nilai keluaranya (output) tergantung pada nilai masukanya (input). Rangkaian kombinasional tidak memiliki sifat memori, maka nilai keluaran rangkaian di suatu waktu hanya ditentukan oleh nilai dari masukanya di waktu tersebut. Contoh dari rangkaian kombinasional : Comparator, Adder, Multiplexer, Demultiplexer, Encoder dan Decoder.
Prosedur Desain
Dalam membuat suatu rangkaian kombinasional diperlukan terlebih dahulu untuk prosedur desain yang akan dibuat. Prosedur-prosedur tersebut antara lain:
- Menentukan Spesifikasi Rangkaian
- Menentukan Algoritma
- Menentukan Tabel Kebenaran
- Menentukan Fungsi Keluaran Rangkaian
- Menentukan Diagram Logika
- Menguji Hasil Keluaran
Desain Rangkaian Aritmatika Dasar (Half Adder)
Half adder adalah suatu rangkaian penjumlahan sistem bilangan biner yang paling sederhana. Rangkaian ini hanya dapat digunakan untuk operasi penjumlahan data bilangan biner sampai 1 bit saja. Rangkaian Half Adder memiliki 2 terminal input untuk 2 variabel bilangan biner dan 2 terminal output, yaitu summary out (SUM) dan carry out (CARRY).
Half Adder (HA) adalah rangkaian penjumlahan sistem bilangan biner yang paling sederhana. Rangkaian ini hanya dapat digunakan untuk melakukan operasi penjumlahan dua bilangan biner 1 bit. Rangkaian half adder memiliki dua terminal input untuk 2 variabel bilangan biner dan 2 terminal output, yaitu summary out (sum) dan carry out (carry). Aturan-aturan untuk melakukan penambahan biner dua bit diilustrasikan sebagai berikut:
Aturan 1. 0 + 0 = 0
Aturan 2. 0 + 1 = 1
Aturan 3. 1 + 0 = 1
Aturan 4. 1 + 1 = 0 dan carry 1 = 10
Tiga aturan pertama mudah dimengerti, sedangkan aturan 4 menyatakan bahwa penjumlahan biner 1 + 1 = 10 (desimal 2). Angka 1 hasil penjumlahan dibawa ke kolom yang mempunyai tingkatan lebih tinggi, dan dikatakan terdapat carry. Rancangan diagram logika menggunakan XOR dan AND, masukan diberikan simbol A dan B sedangkan keluaran diberi simbol ∑ yang berarti jumlah (SUM) dan Simbol Co berarti bawaan keluar (Carry Out).
![]() |
| Peta Karnaugh Half Adder |
Comparator
Comparator adalah rangkaian kombinasi yang mempunyai fungsi utama membandingkan dua data biner pada masukanya. Hasil atau keluaran dari pembandingan itu adalah : sama (=), lebih kecil (<), atau lebih besar (>). Dari dua data biner yang hanya terdiri dari 1-bit yang dibandingkan, dapat dikembangkan menjadi dua data biner yang terdiri dari lebih dari 1-bit, seperti 2-bit, 3-bit dan seterusnya. Berikut ini simbol comparator 1 bit :
![]() |
| Simbol COmparator 1 bit |
Dilihat dari masukan dan keluaran dari sebuah comparator, dapat dibuat tabel kebenaran seperti tabel dibawah ini :
![]() |
| Tabel Kebenaran Comparator 1 Bit |
Dari uraian tabel kebenaran diatas dapat dibuat persamaan keluaranya menjadi
Hasil dari persamaan keluaran diatas, maka implementasi rangkaian comparator 1 bit seperti berikut :
![]() |
| Rangkaian Comparator 1 bit |
Rangkaian Full Adder
Full adder atau biasa disebut dengan penjumlahan penuh, merupakan rangkaian penjumlahan yang menyertakan bawaan sebelumnya (previous carry) pada masukanya. Atas dasar pengertian tersebut, simbol full adder dan tabel kebenaran full adder 1 bit dapat disusun sebagai berikut :
![]() |
| Simbol Full Adder |
![]() |
| Tabel Kebenaran Full Adder |
Dari tabel kebenaran, terlihat bahwa keluaran S membentuk fungsi detektor jumlah ganjil. Fungsi tersebut dapat diimplementasikan secara efisien dengan menggunkan XOR 3 masukan, Sehingga persamaan keluaran untuk S :
![]() |
| Peta Karnaugh untuk Cn |
![]() |
| Rangkaian Full Adder |
Rangkaian Multiplexer 2-Ke-1
Multiplexer sering disebut MUX, merupakan rangkaian yang berfungsi memilih data (data selector) yang ada pada masukanya (X), untuk disalurkan ke keluaranya (f) dengan bantuan sinyal pemilih atau sinyal kontrol (S).
![]() |
| Simbol Multiplexer 2 to 1 |
Multiplexer 2-ke-1 terdiri dari dua input X0 dan X1, satu input pilih S dan satu output Y. Tergantung pada sinyal pilih, output terhubung ke salah satu input. Karena ada dua sinyal input, hanya dua cara yang memungkinkan untuk menghubungkan input ke output, jadi satu pilihan diperlukan untuk melakukan operasi ini.
Jika garis pilih rendah, maka output akan dialihkan ke input D0, sedangkan jika garis pilih tinggi, maka output akan dialihkan ke input D1. Gambar di bawah ini menunjukkan diagram blok multiplexer 2-ke-1 yang menghubungkan dua input 1-bit ke tujuan umum.
![]() |
| Tabel Kebenaran Multiplexer 2-ke-1 |
![]() |
| Rangkaian Multiplexer 2-ke-1 |
Enkoder
Enkoder adalah rangkaian logika kombinasional yang berfungsi
untuk mengubah atau mengkodekan suatu sinyal masukan diskrit menjadi keluaran
kode biner.
Enkoder disusun dari gerbanggerbang logika yang menghasilkan
keluaran biner sebagai hasil tanggapan adanya dua atau lebih variabel masukan.
Hasil keluarannya dinyatakan dengan aljabar boole, tergantung dari kombinasi –
kombinasi gerbang yang digunakan.
![]() |
| Encoder dan Decoder |
Sebuah Enkoder harus memenuhi syarat perancangan m < 2 n. Variabel m adalah kombinasi masukan dan n adalah jumlah bit keluaran sebuah enkoder. Satu kombinasi masukan hanya dapat mewakili satu kombinasi keluaran.
Dekoder
Rangkaian Dekoder mempunyai sifat yang berkebalikan dengan Enkoder yaitu merubah kode biner menjadi sinyal diskrit. Sebuah dekoder harus memenuhi syarat perancangan m < 2 n . Variabel m adalah kombinasi keluaran dan n adalah jumlah bit masukan. Satu kombinasi masukan hanya dapat mewakili satu kombinasi keluaran.
![]() |
| Rangkaian decoder |
Demultiplekser
Rangkaian logika kombinasional Demultiplekser adalah
Komponen yang berfungsi kebalikan dari MUX. Pada DEMUX, jumlah masukannya hanya
satu, tetapi bagian keluarannya banyak. Signal pada bagian input ini akan
disalurkan ke bagian output (channel) yang mana tergantung dari kendali pada
bagian SELECTnya.
![]() |
| Simbol Demultiplexer 1 to 4 |
Suatu rangkaian
diklasifikasikan sebagai kombinasional
jika memiliki sifat yaitu keluarannya
ditentukan hanya oleh masukkan
eksternal saja. Suatu rangkaian diklasifikasikan sequential jika ia memiliki sifat keluarannya ditentukan oleh tidak hanya masukkan eksternal tetapi juga oleh kondisi sebelumnya.
![]() |
| Rangkaian Demultiplexer 1 to 4 |
Contoh Kasus : Saklar Pengontrol Cahaya Ruangan
Suatu ruangan yang memiliki 3 buah pintu dan pada setiap pintu terdapat saklar yang mengontrol cahaya pada ruangan. Kondisi hidup atau matinya lampu tergantung pada kombinasi hubungan ketiga saklar. Lampu akan menyala jika salah satu atau seluruh saklar dalam kondisi on. Sedangkan lampu akan padam jika tidak ada saklar yang on atau terdapat dua diantara tiga saklar dalam kondisi on. Jika ketiga saklar dinyatakan sebagai x1, x2, dan x3 dengan kondisi saklar on = level logika ‘1’ serta off = level logika ‘0’.
Buatlah tabel kebenaran berdasarkan ilustrasi di atas, dan buatlah rangkaian realisasinya!
Jawaban:
a.
Tabel
Kebenaran
|
X1 |
X2 |
X3 |
Y |
|
|
1 |
1 |
1 |
1 |
(A.B.C) |
|
1 |
1 |
0 |
0 |
(A’+B’+C) |
|
1 |
0 |
1 |
0 |
(A’+B+C’) |
|
1 |
0 |
0 |
1 |
(A.B’.C’) |
|
0 |
1 |
1 |
0 |
(A+B’+C’) |
|
0 |
1 |
0 |
1 |
(A’B.C’) |
|
0 |
0 |
1 |
1 |
(A’B’.C) |
|
0 |
0 |
0 |
0 |
(A+B+C) |
- Dalam bentuk SOP, maka yang dilihat adalah Y =1.
- Dalam bentuk POS, maka yang dilihat adalah Y = 0
Dalam bentuk kanonikal SOP (sum-of-product)
Y = (A.B.C) + (A.B’.C’) + (A’B.C’) +(A’B’.C)
Y = ∑y (1, 4, 6, 7)
Dengan diketahu dalam aturan SOP:
1 = true
0 = false
Dalam tabel kebenaran SOP.
Dalam bentuk kanonikal POS (product-of-sum).
Y = (A’+B’+C) (A’+B+C’) (A+B’+C’) (A+B+C)
Y = ∑Y (2, 3, 5, 8)
Dengan diketahui dalam aturan POS:
1 = false
0 = true
Dalam tabel kebenaran POS.
Faisal.
(2015). Buku Daras Organisasi & Arsitektur Komputer. Makassar: UIN
Alauddin.
Sari,
I. F., Sari, N., Novitasari, O., Amara, R., Subaedi, A. N., & Antarnusa,
G. (2020). Gerbang Logika Kombinasional dan Komparator.
Sugiartowo,
S., & Ambo, S. N. (2018). Simulasi Rangkaian Kombinasional Sebagai Media
Pembelajaran Sistem Digital Pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Prosiding Semnastek.
Teja, R. (2021, April 12). Multiplexer
(MUX) and Multiplexing. Diambil kembali dari electronicshub:
https://www.electronicshub.org/multiplexerandmultiplexing/#:~:text=A%202-to-1%20multiplexer%20consists%20of%20two%20inputs%20D0,one%20select%20is%20needed%20to%20do%20these%20operations. (Diakses pada hari Rabu 23 November
2022. Pukul 17.35 WIB).
Widyanto,
A. C. (2021, April 21). RANGKAIAN HALF ADDER DAN FULL ADDER. Diambil
kembali dari smkmuh2klaten:
http://smkmuh2klaten.sch.id/blog/rangkaian-half-adder-dan-full-adder/. (Diakses pada hari Rabu 23
November 2022. Pukul 18.36 WIB).




















Komentar
Posting Komentar